Posisi saat ini: Rumah / Pesan / Pembinaan Usia Dini Kembali Disentil, Kata Pengamat Masih Belum Optimal

Pembinaan Usia Dini Kembali Disentil, Kata Pengamat Masih Belum Optimal

Penulis:Wartawan Olahraga Tanggal:2025-11-13 19:30:02
Dilihat:0 Pujian
Ilustrasi sepak bola, judi, taruhan, betting. (Photo by Konstantin Evdokimov on Unsplash)

Jakarta Timnas Indonesia semakin bersinar dengan prestasi yang diraih, mulai dari kelompok usia maupun kelas senior. Dalam beberapa tahun terakhir Timnas Indonesia U-17, U-20, U-22, hingga senior mampu berbicara banyak di level Internasional.

Timnas Indonesia senior hampir saja mewujudkan impian lolos ke Piala Dunia 2026 sebelum terganjal di putaran keempat kualifikasi. Timnas Indonesia U-23 juga moncer di Piala Asia U-23 dan hampir saja pergi ke Olimpiade.

Kemudian ada Timnas Indonesia U-20 yang melejit di Piala Asia U-20 era Shin Tae-yong, Terbaru adalah pencapaian apik Timnas Indonesia U-17 di Piala Dunia U-17 2025, dengan mencatat sejarah kemenangan pertama ketika menggasak Honduras meski harus terhenti di fase grup.

Banyak pihak yang berharap alangkah baiknya jika program pembinaan sepak bola usia muda di Indonesia semakin diperhatikan lagi. Upaya tersebut bakal lebih membuat Timnas Indonesia di masa depan lebih kuat.


Komentar Rochi Putiray

Rochi Putiray dalam sebuah acara di Kota Solo beberapa waktu lalu. (Bola.com/Vincentius Atmaja)

Mantan pemain Timnas Indonesia, Rochi Putiray kembali menyinggung tentang program pembinaan usia dini di Indonesia yang dianggapnya masih belum optimal. Ia mengakui PSSI sebagai induk organisasi atau yang tertinggi, masih belum memaksimalkan roda pembinaan usia muda dengan baik.

"Kalau pembinaan dan sistem memang kita belum jalan. Artinya pembinaan usia dini juga enggak ada. Pertandingan usia dini cuma baru ada Piala Soeratin dan EPA. Yang lain enggak ada, padahal kita punya banyak sekali talenta muda," tutur Rochi Putiray dalam video yang diunggah kanal Youtube Iluminar.

"Bagaimana mau dapat pemain berkualitas dengan adanya pertandingan usia dini seperti festival dalam satu hari selesai? Ini yang bikin kita susah, sedangkan untuk membentuk orang jadi hebat kan dari usia kecil harus dipersiapkan. Artinya kita bentuk mereka dari kecil," ucapnya.

 

 


Soal Program Naturalisasi

Timnas Indonesia U-22 melakukan latihan perdana untuk persiapan SEA Games 2025 yang berlangsung di Stadion Madya, Kompleks Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan, Jakarta, Selasa (11/11/2025). Dion Markx, Ivar Jenner, hingga Mauro Zjilstra. Ada pula wajah baru yang ikut dalam latihan tersebut yaitu, Luke Keet yang bermain di Liga Yunani dan dua pemain Liga Filipina, Reycredo Bukit dan Muhammad Mishbah. (Bola.com/Bagasakara Lazuardi)

Timnas Indonesia dari level muda hingga senior diisi oleh pemain-pemain naturalisasi yang memang punya garis keturunan Indonesia. Keberadaan seperti Jay Idzes, Kevin Diks, Calvin Verdonk, Ole Romeny, Rafael Struick, Mauro Zijlstra, Jens Raven, hingga Mathew Baker, membawa pengaruh dalam kualitas permainan skuad Garuda.

Diakui Rochi Putiray tak memandang hal itu sebagai sebuah hal yang salah, sebab pemain-pemain naturalisasi memang punya hak untuk membela negaranya. Hanya, ia perlu menyoroti peran PSSI agar tidak melupakan pembinaan dalam negeri sendiri.

"Untuk program naturalisasi, setujunya karena memang kitanya yang belum siap ke level yang lebih di atas. Seharusnya federasi mencari solusi yang artinya bagaimana dalam 10 tahun ke depan mencetak pemain, bukan naturalisasi yang kita cari," ungkap pria 55 tahun.

"Taruhlah bagaimana agar 10 tahun ke depan dari anak-anak 12 tahun yang ada di seluruh Indonesia, 50 sampai 70 persen bisa ada di timnas. Bagaimana caranya? Ya sudah jalanin programnya ataupun dalam kalender PSSI yang mana yang harus dibikin. Edukasi apa yang harus dikasih ke daerah-daerah yang harus cari solusi," tegasnya.

"Naturalisasi baru ada hampir 10 tahun terakhir. Artinya kita butuh naturalisasi, kita butuh sesuatu yang baru karena memang di tempat kita enggak ada. Tapi jangan lupakan pembinaan usia dini di negeri sendiri," lanjut bomber Timnas Indonesia di era 90-an.


Peran PSSI dan Turunannya

Pemilik 41 caps dengan 17 gol untuk Timnas Indonesia tersebut berharap PSSI kali ini betul-betul memperhatikan program pembinaan usia muda di sepak bola Indonesia. Termasuk memanfaatkan peran dan tugas dari turunannya seperti Asosiasi Provinsi (Asprov) maupun Askot/Askab PSSI di masing-masing daerah.

"Mereka harus mengedukasi itu ke daerah-daerah. Contoh sekarang saya lihat Asprov yang punya program di daerah juga enggak jalan kok, terus mau dapat pemain muda dari mana?."

"Sudah enggak jalan, tapi setiap tahun federasi kasih dana hibah itu banyak, tiap tahun tetap ada. Kenapa saya bilang seperti ini, karena kemarin saya ikut kongres ada dana itu sekitar 500 sampai 700 juta per satu Asprov. Nah, program mereka ke mana?."

"Nah, jadi permasalahannya itu semua balik lagi ke lingkungan daerahnya. Mereka pilih pengurus, tapi mereka enggak tahu program ketuanya seperti apa, tujuannya seperti apa. Sudah tahun ini enggak jalan, dia ngajuin lagi tahun depan dan masih didukung. Yang salah siapa? Yang salah ya pemilik-pemilik pemilik suara," tandasnya.

Sumber: Kanal Youtube Iluminar

Komentar

Kirim komentar
Galat kode pemeriksaan, silakan masukkan kembali
avatar

{{ nickname }}

{{ comment.created_at }}

{{ comment.content }}

IP: {{ comment.ip_addr }}
{{ comment.likes }}