Kerjasama Bisnis TG:@LIUO9527
Posisi saat ini: Rumah / Pesan / Kritik Kebijakan 11 Pemain Asing, Pengamat Minta PSSI Lebih Serius Menggalakkan Program Youth Development

Kritik Kebijakan 11 Pemain Asing, Pengamat Minta PSSI Lebih Serius Menggalakkan Program Youth Development

Penulis:Wartawan Olahraga Tanggal:2025-08-10 18:30:02
Dilihat:5 Pujian
Cover logo-logo tim yang mengikuti kompetisi BRI Super League 2025/2026 (Bola.com/Wiwig Prayugi)

Jakarta - BRI Super League 2025/2026 resmi menerapkan kuota 11 pemain asing. Meski sudah ketok palu, kebijakan ini juga mendapat penolakan dari insan pesepak bola Tanah Air.

Aturan tersebut dianggap akan berdampak terhadap masa depan para pemain lokal lantaran jam terbang mereka kian terkikis. Selain itu, pengembangan talenta muda yang berpotensi menjadi tulang punggung Timnas Indonesia bisa terputus.

Opini tersebut datang dari pelatih sepak bola nasional yang kini menjabat Direktur Akademi Persis Solo, Rasiman.

Sosok berusia 51 tahun tersebut tidak setuju dengan kebijakan yang diterapkan I.League selaku operator kompetisi.

"Tahun kemarin dengan delapan pemain asing dan enam boleh main tentunya pos itu diisi striker asing, kan gitu. Nah, terus bagian Indonesia di mana kalau kita lihat di Indonesia kan hanya satu atau dua pemain saja yang bermain di posisi nomor 9 dan center back," ujar Rasiman kepada Bola.com, Minggu (10-8-2025).

"Itu akan menjadi posisi yang krusial karena Rizky Ridho itu exceptional saja. Tapi, selain Ridho enggak ada lagi center back di Indonesia yang eksis kan di Liga 1 karena semuanya digunakan pemain asing," lanjutnya.


Lebih Serius Lagi

Erick Thohir (kiri), Yunus Nusi (tengah), dan Ferry Paulus (kanan), berbicara pada Press Conference terkait National Dispute Resolution Chamber Indonesia (NDRC) yang akan dilaksanakan pada Rabu, (06/07/2025) Hotel Fairmont, Senayan, Jakarta. (Bola.com/Abdul Aziz)

Lebih jauh, Rasiman menekankan supaya federasi sepak bola Indonesia alias PSSI bisa lebih serius dalam melakukan pembinaan. Dalam hal ini memberikan perhatian untuk kompetisi kelompok usia berjenjang.

"Nah, dengan 11 pemain asing menurut saya, even the worst kan gitu. Tentunya kalau pendapat sebagian orang yang menyatakan pemain Indonesia harus bersaing saya sangat setuju," cetus Rasiman.

"Tapi, jangan lupa bahwa kewajiban federasi adalah membina sepak bola Indonesia, itu bukan tiba-tiba diubah aturan di atasnya, harusnya youth development-nya digalakkan dulu, kompetisi di usia mudanya lebih diperbaiki, EPA sudah oke," imbuhnya.


Terlalu Singkat

Rizky Ridho saat Persija Jakarta bertanding melawan Semen Padang pekan ke-30 Liga 1 2024/2025 di Stadion Pakansari, Kabupaten Bogor, Minggu (27/4/2025). (Bola.com/Abdul Aziz)

Menurut Rasiman, Elite Pro Academy (EPA) saja masih belum cukup. Apalagi ajang yang mewadahi para pemain U-16, U-18, dan U-20 itu memiliki sistem turnamen, bukan kompetisi penuh.

Biasanya EPA hanya berjalan selama kurang dari tiga bulan dan setelah rampung, pemain muda kembali tidak berkompetisi.

"Menurut saya, EPA hanya berjalan selama tiga bulan itu tidak masuk akal kalau untuk kompetisi di Indonesia. Kompetisi harusnya berjalan satu tahun," ucapnya.

"Youth development-nya diperbaiki ya kan, sekarang hanya beberapa tim saja yang full tim akademi, mungkin hanya Persija, Persib, Persebaya, yang lainnya kan akademi musiman juga."

"Bahkan sekarang di tim EPA pun, satu di antara EPA liga kita juga ada yang dilaksanakan oleh akademi privat, itu kan hal yang menurut saya enggak masuk akal, dan PSSI juga diam saja, seolah-olah nggak tahu, ini menurut saya," tutur mantan pelatih Persis Solo ini.


Mau Sampai Kapan?

Rasiman resmi ditunjuk menjadi pelatih interim Persis Solo (Dok. Persis Solo)

Belakangan, program naturalisasi pemain keturunan gencar dilakukan Timnas Indonesia. Langkah tersebut diharapkan mampu meningkatkan kualitas Skuad Garuda di level senior maupun yunior.

Kehadiran pemain diaspora, seperti Jay Idzes, Ole Romeny, hingga Kevin Diks sejauh ini membawa dampak positif bagi Tim Merah-Putih. Namun, yang menjadi pertanyaan, sampai kapan program naturalisasi dilakukan?

"Jadi, dengan 11 pemain asing otomatis tim nasional itu akan kesulitan, mau sampai kapan kita harus menaturalisasi pemain asing yang ada di luar," tanya Rasiman.

"Akan habis juga itu suatu saat stok naturalisasi yang ada di sana karena kan hanya boleh keturunannya dari nenek, satu generasi lagi kalau kita tidak membuat terobosan, ya akan hilang pemain Indonesia. Kita cuma akan jadi penonton di negeri sendiri saja di level kompetisi," katanya lagi.

Komentar

Kirim komentar
Galat kode pemeriksaan, silakan masukkan kembali
avatar

{{ nickname }}

{{ comment.created_at }}

{{ comment.content }}

IP: {{ comment.ip_addr }}
{{ comment.likes }}